(人’∀’)
even the prettiest flower will die one day
it's nature's way of teaching us
that nothing lasts forever

Minggu, 25 November 2012

“Asal Mula Terjadinya Burung Ruai”


“Asal Mula Terjadinya Burung Ruai”

            Konon, pada zaman dahulu terdapat sebuah kerajaan yang kecil, letaknya tidak jauh dari Gunung Bawang yang berdampingan dengan Gunung Ruai. Tidak jauh dari kedua gunung tersebut terdapatlah sebuah gua yang bernama Gua Batu, di dalamnya terdapat banyak aliran sungai kecil yang di dalamnya terdapat
banyak ikan dan gua tersebut dihuni oleh seorang kakek tua renta yang dikatakan sakti.
            Hiduplah seorang raja yang memerintah sebuah kerajaan dengan tujuh orang putri. Di antara ketujuh orang putri tersebut ada satu orang putri raja yang bungsu atau si bungsu. Si bungsu mempunyai budi pekerti yang baik, rajin, suka menolong dan taat pada orang tua. Lain halnya dengan keenam kakaknya yang mempunyai hati yang jahat, dengki, suka membantah orang tua, dan malas bekerja.
            Singkat cerita, sang ayah yang menjadi pilih kasih terhadap putri-putsrinya, membuat keenam kakak si putri bungsu iri hati, dendam, dan sering menyakiti si bungsu. Suatu hari si bungsu diajak oleh keenam kakaknya untuk mencari ikan (menangguk) ke Gua Batu. Karena sangat gembira, si bungsu menerima ajakan tersebut. Padahal dalam ajakan tersebut terselip pembalasan dendam.
            Setelah sampai ke gua batu, si bungsu disuruh masuk terlebih dahulu ke dalam gua, kemudian diikuti kakak-kakaknya. Si bungsu sudah berada lebih jauh kedalam gua, namun keenam kakaknya masih berada dimuka gua dan mendoakan supaya si bungsu tidak dapat menemukan jejak untuk pulang nantinya. Keenam kakaknya tertawa terbahak-bahak sebab si bungsu benar-benar hilang dari pengelihatannya.
Tanpa terasa, tujuh hari tujuh malam lamanya, si bungsu terjebak dalam gua. Tiba-tiba terjadilah peristiwa yang sangat menakutkan di dalam Gua Batu itu. Suara gemuruh menggelegar seperti ingin merobohkan Gua Batu tersebut. Si  bungsu hanya bisa menangis dan menjerit untuk menahan rasa ketakutannya dan munculah seorang kakek tua renta yang sakti di hadapan si bungsu.
Sambil menangis Si bungsu menjawab pertanyaan-pertanyaan si kakek. Tanpa diduga-duga, pada saat itu dengan kesaktian kakek tersebut, air mata Si bungsa secara perlahan-lahan berubah menjadi telur-telur putih yang besar dan banyak jumlahnya. Si bungsu berubah bentuknya menjadi seekor burung yang indah bulu-bulunya. “Aku akan menolongmu dari kesengsaraan tapi, dengan cara engkau mengubah bentukmu menjadi seekor burung dengan nama Burung Ruai. Apabila aku telah hilang dari pandanganmu, eramlah telur-telur itu supaya jadi burung-burung sebagai temanmu “. Bersamaan dengan itu, kakek sakti menghilang bersama asap. Burung Ruai yang sangat banyak jumlahnya ikut berlalu, kemudian hidup di pohon depan  tempat tinggal si bungsu dahulu. Mereka menyaksikan keenam kakak Si bungsu dihukum oleh ayah karena telah membunuh Si bungsu. 

Unsur-unsur intrinsik
“Asal Mula Terjadinya Burung Ruai”

A.    Tokoh dan Perwatakan
  1. Si Bungsu                    : Baik, rajin, suka menolong dan taat pada orang tua.
  2. Keenam Putri               : Jahat, iri hati, dengki, suka membantah orang tua, malas bekerja.
  3. Raja                             : Bijaksana
  4. Kakek Tua                   : Sakti, baik hati

B.    Latar Tempat
1.      Gunung Bawang
            Gunung Bawang yang berdampingan dengan Gunung Ruai”.
2.      Gunung Ruai
            “ Gunung Bawang yang berdampingan dengan Gunung Ruai”.
3.      Gua Batu
“ dan sampailah merekan bertujuh ditempat yang akan mereka tuju (lokasi menangguk), yaitu Gua Batu”.
4.      Kerajaan
            “ …oleh seluruh rakyat kerajaan dan dilepas oleh ketujuh orang putrinya…”.
5.      Istana
            “maka pada suatu hari berkumpullah seluruh penghuni istana…”.

C.    Latar Waktu
  1. Pada zaman dahulu
            “ Konon, pada zaman dahulu ….”.
  1. Setiap hari
            Setiap hari yang dikerjakannya hanya bermain-main”.
  1. Sekali waktu
            Sekali waktu, pernah akibat perlakuan…..”.
  1. Pada suatu hari
            “ maka pada suatu hari berkumpullah seluruh penghuni istana…”.
  1. Satu bulan
            “ ….kekerabatan diantara mereka selama satu bulan”.
  1. Pada keesokan harinya
            Pada keesokan harinya, berangkatlah pasukan…”.
  1. Satu minggu
            “ …sudah berlangsung satu minggu yang lewat”.
  1. Sampai tibalah saatnya
            Sampai tibalah saatnya, yaitu saat-saat yang…”.
  1. Malam hari
            “…oleh kakaknya pada waktu tidur di malam hari”.
  1. Suatu siang
            “ …maka pada suatu siang keenam kakak si bungsu…”.
  1. Tujuh hari tujuh malam
            “ …gua itu sudah tujuh hari tujuh malam lamanya”.
  1. Hari ketujuh
            “ Pada hari ketujuh, si bungsu berada di dalam…”.
  1. Pada saat itu
            Pada saat itu, dengan disertai bunyi yang menggelegar, muncullah seorang kakek tua renta…”.

D.    Latar Suasana
1.       Gembira
“ karena sangat gembira kakaknya mau berteman lagi dengannya, si bungsu menerima ajakan tersebut.”
2.       Gelap Gulita
                “ suasana gua yang gelap gulita membuat si bungsu menjadi betul-betul kahabisan akal…..”.
  1. Menangis / Sedih
                 “ Si bungsu hanya dapat menangis siang dan malam sebab….”.
  1. Ketakutan
                “ Si bungsu pun menangis ketakutan sehingga air matanya….”.

E.    Tema
Ketegaran hati si putri bungsu.

F.     Alur
Alur Mundur karena terjadi di masa lalu.
“Konon, pada zaman dahulu, di daerah kabupaten …”.

G.    Sudut Pandang
Orang ketiga serba tahu.
Bukti:
Diceritakan dari orang yang menulis, seakan tahu rangkaian cerita tersebut.

H.    Amanat
Jadilah orang yang selalu berbuat baik, karena kebaikan pasti akan menang.

3 komentar: