(人’∀’)
even the prettiest flower will die one day
it's nature's way of teaching us
that nothing lasts forever

Rabu, 31 Oktober 2012

CERPEN


PENYESALAN



          Langit begitu gelap tertutup kabut yang tiada henti menyembur. Bintang yang bergelantungan kian lama kian lenyap. Gerimis dan debur ombak memecahkan heningan malam. Sesosok bayangan hitam serasa menuju ke tengah laut di iringi isak tangisnya yang memilukan. Tak lama kemudian datanglah seorang lelaki bertubuh kecil dan berambut pendek menarik tangan sosok tadi yang kelihatan telah lemah.
          Sosok bayangan tadi ternyata wanita yang tengah hamil. Dia ingin mengakhiri hidupnya yang telah hancur akibat menyerahkan kehormatannya
kepada kekasihnya, dan setelah kekasihnya mengetahui pasangannya tengah hamil, dia langsung meninggalkannya.
          “Mengapa kau tolong aku” Kata Syafitri
          “Karena Kau berhak untuk hidup” Jawab Rendra
“Percuma, hidupku telah hancur, dan aku malu dengan diriku” Kata Syafitri
“Engkau boleh saja mati, tapi tidak dengan janin yang ada di perutmu, dia berhak untuk merasakan dan menghirup udara segar di dunia” Kata Rendra
“Justru bayi ini yang membuat hidupku sengsara” Kata Syafitri sambil memukul-mukul perutnya
Dengan sigap Rendra memegang tangan Syafitri yang sedang kalut, tak lama kemudian perempuan itu pingsan. Dibawanya perempuan itu oleh Rendra ke sebuah gubuk kecil yang tak jauh dari pantai. Di belinya jagung rebus dari pak Di yang menjual jagung rebus di pinggir pantai. Tak lama kemudian Syafitri terbangun, dan Rendra menghampiri Syafitri dan menawarkan jagung rebus yang dibawanya kepada Syafitri.
“Sudah bangun kamu Fit!” Kata Rendra
“Aku dimana ini ?” Kata Syafitri dengan wajah kebingungan
“Ini gubuk dekat pantai, tadi kamu pingsan, terus aku membawamu kesini” Jelas Rendra
“Kamu tahu dari mana ?” Tanya Syafitri
“Kamu masih memakai seragam sekolah” Jawab Rendra
“Oh…oh…oh…, kenapa kamu memperdulikanku, sedangkan kedua orang tuaku sudah tak lagi mau menganggapku anak” Kata Syafitri
“Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik bagi anaknya, begitu juga dengan kamu, Fit” Kata Rendra
“Kamu siapa ? Mengapa kamu ada disini ?” Tanya Syafitri
“Aku Rendra, aku kebetulan lewat sini” Kata Rendra
“Rumah kamu ?” Tanya Syafitri
“Rumahku jauh, lebih baik kamu lekas habiskan jagung itu dan ku antarkan kau pulang” Kata Rendra
“Aku tidak mau pulang” Kata Syafitri ketus
“Kamu tetap harus pulang, orang tuamu pasti mencarimu” Kata Rendra
“Kalau kamu tetap memaksa aku pulang, aku akan mengulangi perbuatanku tadi” Kata Syafitri
“Mau kamu apa ?” Tanya Rendra
“Aku mau ikut kamu, ikut kemanapun kamu pergi” Kata Syafitri
“Tapi perjalananku jauh, engkau sanggup bila tiada satu gagahpun kau makan” Kata Rendra
“Aku tak peduli, aku tak lagi punya tujuan hidup” Kata Syafitri
“Ya sudah, kamu boleh ikut aku” Kata Rendra
“Nah, Begitu donk” Kata Syafitri kegirangan

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Tak tentu arah, malang melintang di dunia fana. Beribu pengalaman mereka makan, segala kesusahan mereka minum. Hingga benih kasih diantara merekapun bersemi. Akhirnya Rendra menikahi Syafitri ketika kandungannya berusia 7 bulan, dengan wali hakim yang seadanya tentunya. Syafitripun melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat tampan.
Rendra tersadar kalau ia tidak mungkin terus-menerus membawa anak dan istrinya terus berkelana, dengan tujuan yang tidak pasti. Dikontraklah sebuah rumah kecil yang dalam keadaan yang memprihatinkan. Maklum, Rendra kini hanya bekerja sebagai tukang becak yang penghasilannya tidak menentu.
Suatu ketika anaknya sakit, Rendra tidak memiliki uang yang cukup untuk membawanya ke rumah sakit. Rendra tidak tahu lagi apa yang harus di perbuatnya.
Pikiran itu ternyata membawa bencana. Becak yang dikendarai Rendra masuk ke parit. Dia tak sadarkan diri selama 2 hari. Di saat dia pingsan, dia melihat seorang berbaju serba putih dan memberikan sorban kepadanya seraya berkata “Kembalilah kepada ayahmu, dia telah memaafkan kesalahanmu”.
Terbangunlah Rendra dari pingsannya dalam keadaan bingung. Dan teringatlah kesalahan yang telah di perbuatnya kepada ayahnya selama ini, yaitu menolak untuk di nikahkan dengan seorang gadis, padahal sebelumnya Rendra telah berjanji.
Rendra pulang ke pesantren ayahnya, dia meminta maaf kepada ayahnya. Kyai Aziz adalah ayah Rendra. Kyai Aziz tetap saja menyuruh Rendra menepati janjinya kepada seorang wanita tersebut. Namun setelah Rendra menceritakan kalau dirinya telah menikah dan memiliki anak, diusirlah kembali Rendra dari padepokan ayahnya. Sampai akhirnya kyai Aziz terkena serangan jantung dan sudah beberapa hari terbaring lemah di rumah sakit. Dan akhirnya meninggal dunia.

Sejak Rendra mengetahui ayahnya meninggal dunia, dia memutuskan kembali ke pesantren dan mengajak istri dan anaknya tinggal di pesantren. Karena ayahnya telah meninggal, Rendra melaksanakan wasiat ayahnya untuk menikahi wanita yang tidak di cintainya tersebut, dengan izin Syafitri tentunya. Akhirnya Rendra bersama anak dan kedua istrinya tinggal di pesantren dipuncak gunung Merbabu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar